Berikut ini adalah koridor utama yang perlu dijadikan pegangan dalam mendidik. Kasusnya dapat diterapkan pada baik anak2 maupun dewasa.
Yang menjadi faktor pemisah adalah faktor agama dan tata krama atau sopan santun. Faktor-faktor lain yang biasa dijadikan patokan seperti kepentingan orang tua, kepentingan pribadi, kesenangan pribadi, bahaya, harga diri dan seterusnya tidak perlu dipakai, karena akan menimbulkan bias pada pertimbangan. Bias yang muncul umumnya akan menjauhkan tindakan yang diambil dari kebaikan.
Lalu yang dijadikan alat untuk mendidik di sini adalah perhatian yang akan kita berikan. Setiap anak atau setiap orang melakukan tindakan tertentu (memanggil, meminta sesuatu) pada dasarnya adalah untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Untuk anak-anak biasanya perhatian orang tuanya yang dicari. Untuk orang dewasa bisa perhatian dari teman, pasangannya, orang tuanya atau orang lain.
Perhatian ini yang akan kita atur sedemikian rupa sehingga menjadi alat mendidik yang baik.
Okay, koridor utama yang saya maksudkan di sini ada dua yaitu koridor baik dan koridor buruk.
Koridor baik adalah bila si anak/orang itu meminta perhatian dengan cara-cara yang baik, baik menurut agama dan tata krama. Misalnya si anak meminta dengan tutur bahasa yang sopan dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan agama.
Sedangkan koridor buruk adalah jika si anak/orang itu meminta perhatian dengan cara-cara yang tidak baik, tidak baik menurut agama dan tata krama. Misalnya si anak meminta dengan merengek, menangis, menjerit, sambil memukul atau tidakan kasar lainnya, atau dengan gaya bahasa yang tidak sopan.
Nah, selama anak meminta perhatian dalam koridor baik, maka APA PUN yang dimintanya harus dijawab dengan YA.
Sebaliknya, selama anak meminta perhatian dalam koridor buruk, maka apa pun yang dimintanya TIDAK PERLU DIKABULKAN, hingga dia meminta dengan cara-cara yang ada dalam koridor baik.
Bagaimana sikap yang perlu dilakukan orang tua sebagai pendidik?
Jika cara yang ditempuh anak adalah cara yang baik maka berikan jawaban ya dengan senyum, tawa ringan atau ekspresi dukungan lainnya. Sedangkan jika sebaliknya, maka tidak perlu marah atau membentak, tidak perlu banyak penjelasan, tenang saja dan katakan dengan mantap kalimat seperti "Bukan begitu caranya meminta yang baik. Yang betul itu begini...(jelaskan cara yang benar)."
Umumnya akan terjadi "perang" di mana anak akan berusaha lebih keras meminta dengan cara meninggikan suara, mulai menangis atau bahkan mulai menyerang dengan pukulan dan sebagainya. Orang tua saat menghadapi kondisi ini hanya perlu untuk tetap TENANG dan mengulang kalimat sebelumnya lagi, "Bukan begitu caranya meminta yang baik." Nasehat ini juga tidak perlu disampaikan berulang kali sampai berkesan mengomel, cukup 2 atau 3 kali saja sesudah itu diam. Ya. Diam di sini menunjukkan pendirian orang tua yang kuat karena sudah memberikan penjelasan. Selain itu diam bertujuan untuk menghemat tenaga agar emosi orang tua tidak meledak. Tinggal bersabar menunggu hingga rengekan anak berhenti karena sudah kelelahan.
Selama cara ini ditempuh dengan benar, maka setiap kali anak meminta perhatian dengan cara yang buruk, dia akan menyadari bahwa cara tersebut tidak membuatnya berhasil mendapatkan keinginannya. Jadi dia harus mencoba cara lain yang membuatnya mendapatkan yang diinginkan, dan diharapkan cara berikutnya yang dia coba adalah cara yang baik.
Bagaimana jika hal yang diminta itu merupakan barang yang mahal? Aturannya sama. Berikan jawaban YA. Lalu, jujur katakan, "Ayah masih belum punya cukup uang untuk beli itu. Kita harus menabung dulu hingga uangnya cukup untuk beli itu." Kemudian jelaskan juga dengan jujur berapa yang sanggup anda sisihkan untuk ditabung untuk membeli yang diinginkan serta berapa lama kira-kira waktu yang dibutuhkan. Di sini anak akan bisa belajar berhitung, memprediksi dan yang terutama berusaha dan bersabar.
Demikian prinsip dasar mendidik anak atau orang dewasa. Tidak perlu ada paksaan atau iming-iming yang ditawarkan. Semoga dapat membantu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar