Al Mu'minuun 62. "Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya."
Tujuan manusia diberi beban adalah membiasakan dirinya dengan beban tertentu hingga kemampuannya tumbuh melebihi batas sebelumnya lalu mampu menerima beban yang lebih berat lagi, dan begitu seterusnya. Surat Al Mu'minuun termasuk surat yang diawali dengan Bismillaahirrahmaanirrahiim, jadi ayat ini perlu dibaca dengan penuh perasaan kasih sayang untuk dapat menangkap maknanya. Maka sudah tentu Allah memberikan beban ini dalam rangka kasih sayang-Nya pada manusia. Bahkan pemberian beban tersebut bukanlah penyiksaan atau menganiaya.
Tujuan tersebut bisa dicapai karena manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat baik, bahkan jauh lebih baik dibandingkan makhluk lainnya. Sel-sel tubuh manusia, termasuk sel otak, mempunyai kemampuan adaptasi terhadap kondisi yang diterimanya sebagai suatu standar bagi individu tersebut untuk hidup. Melalui berkali-kali pengulangan dalam mengalami kondisi tersebut, sel-sel tubuh manusia mengalami proses pembiasaan yang termasuk di dalamnya belajar dan latihan untuk terbiasa. Saat dirinya telah terbiasa, ada suatu sugesti yang sangat kuat tertanam bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang biasa baginya dan dia menemukan dirinya tidak merasa kesulitan pada level kondisi itu. Dia baru akan merasakan kesulitan jika dia mengalami kondisi yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari standar hidupnya tadi. Pada tingkatan yang baru ini kembali sel-sel tubuhnya hingga cara berpikirnya akan mengalami proses adaptasi hingga terbiasa dan begitu seterusnya. Pada akhirnya manusia tersebut akan mencapai masa puncak tanpa dia sadari.
Saat dia mulai melihat orang-orang di sekitarnya, secara otomatis dia akan membuat perbandingan. Dia akan menemukan orang lain yang berbeda kemampuan dengannya. Ada yang baru mampu hidup di bawah standarnya dan ada orang lain yang mampu hidup di atas standarnya. Jika dia sebelumnya terbiasa pada standar yang banyak orang lain juga terbiasa, maka dia tidaklah berbeda dengan orang banyak. Namun jika dia ternyata sudah dibiasakan pada standar di mana banyak orang tidak mampu, maka dia akan menemukan dirinya sangat berbeda dengan orang banyak, karena dia lebih mampu melakukan sesuatu yang orang lain tidak sanggup lakukan.
Karena pembebanan ini berlangsung lewat proses yang berkesinambungan selama manusia masih hidup dan merupakan suatu bentuk kasih sayang, maka jelaslah bahwa hal ini merupakan suatu bentuk pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dengan kurikulum serta pemberian materi pelajaran yang setiap saat dapat diterima manusia, kapanpun serta dalam situasi apapun dengan dosis dan tingkat kesulitan yang sesuai kemampuan penerima.
Bagaimana jika ada yang menilai bahwa seseorang sedang mengalami suatu masalah yang di luar jangkauan kemampuannya?
Begini, suatu objek jika dilihat dari satu sudut pandang saja hanya akan terlihat seperti yang terlihat saja. Objek tersebut akan terlihat berbeda jika dilihat dari sudut pandang lainnya. Perlu diingat bahwa sudut pandang bukan hanya satu atau dua, tapi bisa ribuan jumlahnya.
Jika seseorang menilai kemampuan orang lain sebagai tidak mampu, belum tentu demikian menurut orang lain atau menurut orang yang mengalami masalah. Kemampuan sesungguhnya dari seseorang tentunya telah diketahui secara lengkap oleh Allah, karena memang demikian kemampuan Allah yang Maha Tahu segala sesuatu. Termasuk batas kemampuan maksimal seseorang.
Jadi bagaimana jika ada yang menilai bahwa seseorang sedang mengalami suatu masalah yang di luar jangkauan kemampuannya? Berarti sudut pandang serta penilaian orang tersebut perlu diperbaiki.
Kembali pada analisis awal, jika pembebanan yang diberikan itu sesuai untuk meningkatkan kemampuan manusia, berarti itu adalah materi pelajaran dalam suatu kurikulum yang disiapkan Allah bagi manusia. Karena setiap orang menerima materi pelajaran yang berbeda, maka sudah tentu kurikulum pribadi dia berbeda dengan kurikulum orang lain. Kurikulum pribadi tersebut tentunya merupakan kurikulum terbaik dari Allah.
Nah, karena ternyata Allah sudah menurunkan kurikulum bagi setiap pribadi manusia, maka sebagai orang tua, guru, pengajar, atau juga pembelajar, kita tinggal mengikuti saja pelajaran pribadi kita dan belajar/berlatih sebaik-baiknya. Berarti masihkah lebih utama kurikulum buatan manusia?
Hmmmm....
marilah kita berfikir!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar